PropertiNews.id, Tangerang - Tepat seminggu sudah Lebaran berlalu. Warga Ibukota mulai beraktivitas seperti biasa, tapi ada fenomena yang tak biasa dan sudah menjadi ‘tradisi’ tiap tahunnya yaitu munculnya wajah-wajah baru di Ibukota. Para pendatang baru ini umumnya berasal dari daerah yang ingin mengadu nasib di Jakarta.
Masalah yang muncul bukan hanya soal minimnya lapangan pekerjaan, tapi juga minimnya hunian yang layak untuk ditinggali para pendatang. Rata-rata pendatang baru ini minim keterampilan dan berpendidikan rendah, sehingga daya beli mereka masih rendah. Salah satu solusi yang ditawarkan Pemprov DKI Jakarta adalah dengan menyediakan rumah susun (Rusun) atau kampung deret sebanyak mungkin.
Rusun dan kampung deret dianggap efektif karena harganya murah dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Rusun yang layak huni harus di atas 5 lantai dan kampung deret harus kurang dari 5 lantai.
Untuk mengurangi pertumbuhan bangunan liar, Pemprov DKI Jakarta memang sudah membangun beberapa rusun. Salah satu yang sedang bermasalah adalah Rusunawa Cengkareng, terpaksa tertunda pembangunannya karena masalah sengketa tanah antara Dinas KPKP DKI dan pemilik tanah. Sejauh ini tahap pembangunan rusun masih sebatas pembebasan lahan.
Semua rusun sudah disubsidi pemerintah. Di rusun nanti juga akan ada pelatihan khusus, bantuan pendidikan dan kesehatan bagi warga rusun. Sementara untuk pendatang, Pemprov DKI tetap menyediakan rusun, hanya saja tidak memprioritaskan para pendatang baru. Pemprov lebih mengutamakan warga miskin yang sudah lama tinggal di bangunan liar.