PropertiNews.id, Tangerang – Pandemi COVID-19 nyatanya juga mempengaruhi sektor
properti di Malaysia. Untuk mengatasi terjadinya masalah properti, pemerintah
Malaysia ingin meniru Kota Barcelona di Spanyol. Ternyata keputusan tersebut
menuain pro dan kontra. Salah seorang politisi oposisi mendesak pemerintah
Malaysia untuk mempertimbangkan ulang solusi properti tersebut.
Dua ahli
industri perumahan tidak setuju dengan diberlakukannya solusi tersebut. Noor
Rosly dari University Malaya yang banyak menulis tentang perumahan terjangkau
mengatakan, sebagian besar properti yang diusulkan menjadi sangat mewah bagi
mereka yang berpnghasilan rendah dan itu akan menyulitkan mereka untuk memeuhi
biaya pemeliharaan.
Ia juga
mengatakan, tanggung jawab ada pada pengembang untuk memindahkan unit yang
tidak terjual untuk mengurangi overhang.
“Pemerintah
seharusnya tidak ikut campur. Ini masalah pengembang. Kita tidak boleh
mengguakan uang pembayar pajak untuk mengatasinya” kata Noor.
Sementara itu,
Mantan Wakil Menteri Perumahan Raja Kamarul Bahrin, menggambarkan pendekatan
Barcelona sebagai “solusi yang paling diterima” untuk melayani kelompok
berpenghasilan rendah karena tidak ada unit baru yang dibangun untuk mereka
saat ini.
Baca Juga: Kemenperin Bangun Gedung Pusat Inovasi dan Pengembangan SDM Bersama WEGE
Sebagai
informasi, Departemen Perumahan Barcelona baru-baru ini memberi tahu perusahaan properti bahwa kota tersebut akan
memiliki unit kosong mereka dengan setengah harga pasar dan menyewakannya
kepada kelompok berpenghasilan rendah jika mereka tidak dapat menemukan penyewa
lagi dalam waktu sebulan.
Nah, Raja
Kamarul berpandangan bahwa ide seperti itu adalah sangat baik untuk diterapkan
saat ini, apalagi mengingat jatuhnya pasar perumahan di seluruh dunia.
“Akan lebih
murah bagi pemerintah karena biaya pembangunan sudah banyak. Mengapa tidak
mengambil bangunan yang sudah ada di sana?” kata Raja Kamarul.
Ia juga mengakui
bahwa sebenarnya akan sulit untuk melibatkan pengembang. Ia berbicara tentang
pendekatan tersebut yang memiliki dua manfaat. Manfaat pertama yakni
meningkatkan persediaan perumahan yang terjangkau, serta manfaat kedua adalah
menghemat uang pemerintah untuk membangun rumah secamat itu. (ZH)