PropertiNews.id, Tangerang - Program satu juta
rumah jilid II yakni periode 2020 – 2024 yang diperuntukkan bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR), Presiden Jokowi hanya menargetkan 3,9 Juta unit rumah murah untuk rakyat. Jumlah ini
lebih rendah dari target periode I yang mencapai 5 juta unit. Total anggaran
yang dibutuhkan untuk membangun 3,9 juta unit rumah ini mencapai Rp. 780
Triliun. Namun, porsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya mampu menopang 20 – 30 % dari total
target pembangunan.
“Ketersediaan APBN hanya mencakupi 30%
dari total kebutuhan investasi. Sekitar 70% sisanya kita harapkan dari
kerjasama dengan pihak swasta” kata Eko Djoeli Heripoerwanto selaku Dirjen
Pembiayaan Infrastruktur Kementrian PUPR.
Baca Juga : Pemerintah Akan Jadikan Wisma Atlet Di Kemayoran Sebagai Rumah Dinas PNS
Eko juga mengatakan, diperlukan alternatif
pengembangan program rumah murah
melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Langkah tersebut
harus dilakukan demi memenuhi kebutuhan anggaran yang diperlukan.
"Kalau di sektor lain sudah jalan
seperti pembangunan jalan tol. Kalau di perumahan belum ada. Kami berharap
dengan skema ini gap backlog bisa lebih cepat dicapai pengurangannya dari pada
yang selama ini," lanjut Eko.
Disisi lain, Senior Urban Economist and
Coordinator of The World Bank Indonesia Urban Program, Marcus Lee mengatakan
bahwa program satu juta rumah oleh
pemerintah ini dirasa belum optimal. Menurutnya, ada beberapa solusi yang harus
dilakukan oleh pemerintah agar program penyediaan rumah subsidi ini berjalan
optimal.
“Di sini kita butuh suatu iklim kebijakan
yang mendorong PPP (Public Private Partnership) agar bisa diimplementasikan
secara efektif dan efisien” kata Marcus.
Terkait pendanaan, Marcus mengatakan Bank
Dunia siap membantu pemerintah Indonesia. Namun ada baiknya bila pemerintah
memaksimalkan seluruh potensi yang ada di dalam negeri untuk proses pendanaan. (ZH)