Propertinews.id – Tangerang, Banyak sekali yang berubah akibat pandemi COVID-19
termasuk perubahan dalam bisnis properti. Pola transaksi, preferensi, perilaku konsumen
dan investor pun tak lagi sama seperti sebelum pandemi ini terjadi.
Transformasi
cepat dalam peta bisnis properti juga dipercepat oleh tren Work From Home (WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pemanfaatan teknologi informasi menjadi sangat penting dalam transformasi
tersebut.
Pemanfaatan
teknologi informasi yang masif dan intensif tersebut diprediksi akan berdampak
pada wajah bisnis properti pasca pandemi COVID-19.
Ketua Apindo
Bidang Properti dan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar seperti dilansir dari
Kompas.com memprediksi bahwa digitalisasi di segala bidang ini maka sektor
properti akan mengadopsi pemanfaatan digital dalam jangka panjang sehingga akan
membuat “new normal” yang meledak
pasca COVID-19.
Pemanfaatan
digitaliasi ini akan mencakup kebutuhan analisa pasar melalui data center,
kebutuhan aplikasi daring untuk saling terkoneksi antara pengembang dengan costumer hingga pada digitalisasi
pemasaran.
Namun menurut
Sanny kebutuhan pasar yang akan meledak adalah data center. Terbukti dari
transaksi-transaksi yang tercatat sebelumnya sebagian besar berhubungan dengan
data center untuk keperluan logistik, otomotif, maupun manufaktur.
Di bisnis
properti pun pemanfaatan teknologi akan booming karena pasar domestik
Indonesia sangat melek dengan teknologi. Pasar ini selalu ingin tampil di depan
dalam perubahan, serta rajib berselancar melalui Internet.
Hal ini
diindikasikan oleh datangnya raksasa Amerika Serikat yang menanamkan modal
sebesar Rp. 35 trilliun untuk mengembangkan Amazon Web Services (AWS) di tiga
kawasan industri yang ada di Indonesia.
Ketiga kawasan
industri ini adalah Green Land International Center (GIIC) Kota Deltamas,
Karawang International Industry City (KIIC), dan Suryacipta Industrial City.
Hal ini lah yang menguatkan tren pemanfaatan teknologi
informasi di Industri Properti pasca COVID-19.
Sektor properti sempat diprediksi akan bangkit pada tahun
2020, namun hal tersebut terganjal oleh merebaknya COVID-19 yang menghantam Indonesia
pada awal bulan maret lalu.
Hal ini memaksa pengambang untuk mengalihkan perhatian
pada pemanfaatan digital engagement untuk tetap dapat melakukan
penjualan. (ADR)