PropertiNews.id, Tangerang – Isu kerusakan lingkungan hingga pemanasan global semakin marak diperbincangkan. Untuk itu, agar tak menambah kerusakan bumi secara terus menerus, banyak perusahaan di kawasan Asia Pasifik yang bersedia membayar biaya sewa lebih mahal untuk gedung dengan sertifikasi ramah lingkungan. Komitmen ini tentu saja sejalan dengan pengembangan properti ramah lingkungan di wilayah Asia Pasifik, di mana 40% pengguna menargetkan emisi karbon nol persen (net zero) dan 40% lainnya berencana melakukan hal yang sama pada tahun 2025 mendatang.
Chief Executive Officer APAC JLL Anthony Couse mengatakan, sekitar 90 persen perusahaan di Asia Pasifik setuju kalau mengatasi emisi karbon dari sektor properti sangat penting dalam upaya mencapai target emisi karbon nol persen. Ini juga menunjukkan era baru untuk portfolio sewa dan investasi di industri properti secara regional.
“Mayoritas perusahaan penyewa gedung berkonsep ramah lingkungan juga rela membayar biaya sewa 7-10 persen lebih mahal sebagai tolak ukur bagi bisnis penyewaan di masa depan. Bagi perusahaan yang beroperasi di Asia Pasifik, pengurangan penggunaan aktivitas karbon memiliki kaitan erat dengan properti”, kata Anthony.
Ia menambahkan, upaya dekarbonisasi real estat juga mendorong 80% pengguna dari segmen perusahaan untuk lebih memilih lokasi yang membantu mereka mengurangi emisi karbon. Sementara 65% investor akan lebih fokus pada investasi bangunan yang ramah lingkungan.
Di sisi lain, Chief Research Office JLL Asia Pasific Roddy Allan mengatakan, di kawasan Asia Pasifik masyarakat cenderung beralih ke bangunan ramah lingkungan dalam upaya mengatasi risiko iklim dan perusahaan – perusahaan besar bersedia membayar harga premium untuk memenuhi permintaan baru. (ZH)