PropertiNews.id, Tangerang - Selama ini pemasukan negara melalui devisa diperoleh dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri dan sektor pariwisata. Kedua sektor tersebut menjadi penyumbang terbesar pendapatan negara melalui devisa. Selain kedua sektor tersebut, bertambahnya devisa juga bisa diperoleh dari kerjasama dengan negara lain.
Memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara sahabat dapat memunculkan banyak bentuk kerjasama, terutama di bidang ekonomi. Belum lama ini, Kementerian PUPR baru saja mendapatkan kunjungan dari Asociation of Citizen Contractors Tanzania (ACCT).
Rombongan ACCT yang membawa lebih dari 20 orang ini ingin berbagi ilmu dan menawarkan kerjasama kepada Indonesia untuk ikut terlibat dalam pembangunan di negaranya, terutama yang terkait infrastruktur.
Terbukanya kesempatan untuk memasuki pasar konstruksi di Afrika menjadi peluang emas untuk menambah devisa. Terlebih Tanzania merupakan negara yang saat ini gencar melaksanakan pembangunan, mulai dari bandara, pelabuhan, hingga perumahan.
Beberapa perusahaan konstruksi nasional yang sudah memiliki proyek di luar negeri seperti PT Hutama Karya (persero) Tbk, PT Waskita Karya (persero) Tbk, PT Wijaya Karya (persero) Tbk, PT Adhi Karya (persero) Tbk, dan PT PP (persero) Tbk, juga ikut angkat bicara.
Direktur Operasional III PT Wijaya Karya (WIKA) mengungkapkan, kerjasama antar negara dalam bidang konstruksi memang menguntungkan negara, namun pemerintah perlu memerhatikan hambatan-hambatan yang terjadi di lapangan.
Menurutnya, proses perizinan yang dilalui oleh kontraktor Indonesia di luar negeri melalui beberapa tahap yang cukup rumit, salah satunya perizinan kewajiban pembukaan cabang di negara tujuan dan menyiapkan dana deposit.
Dukungan pemerintah sejauh ini dianggap sudah cukup baik, hanya saja para kontraktor tanah air masih membutuhkan dukungan dari sisi pembiayaan. Mengingat tidak semua negara memberikan izin semudah di Indonesia.