PropertiNews.id, Tangerang – Sekitar 20 juta hektar atau sekitar 10 persen dari
luas total daratan Indonesia adalah tanah lunak. Kondisi ini membuat daya tanah
yang rendah sehingga tidak dapat menyokong struktur bangunan di atasnya dengan
baik seperti membuat jalan amblas, dan keretakan gedung. Untuk mencegah
terjadinya hal-hal tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) mengembangkan
teknologi mortar busa sebagai solusi untuk konstruksi tanah lunak tesebut.
Mortar busa
merupakan optimalisasi penggunaan busa (foam)
dengan mortar (pasir, semen, dan air) berkekuatan tinggi sehingga ideal menjadi
dasar atau perkerasan jalan pada tanah lunak yang dikembangkan oleh Pusat Jalan
dan Jembatan (Pusjatan).
Menteri PUPR
Basuki Hadimuljono mendorong para peneliti untuk menghasilkan karya yang
memberikan dampak positif bagi penyediaan infratruktur bidang pekerjaan umum
dan perumahan rakyat dengan tetap memperhatikan kriteria murah, mudah, cepat, dan
berkelanjutan.
“Hasil-hasil
Litbang sangat penting untuk mempercepat pencapaian target pembangunan
infrastruktur melalui inovasi-inovasi yang lebih murah, lebih cepat dan lebih
baik.
Mortar busa
sendiri memiliki beban yang sangat ringan di mana massa jenis maksimum 0,8
ton/m3 untuk lapis base dengan UCS minimum 2.000 kilogram/cm2, serta massa jenis maksimum 0,6 ton/m3 untuk lapis sub-base dengan UCS minimum 800
kilogram/cm2. Seperti mortar beton, mortar busa juga memiliki sifat memadat
sendiri.
Baca Juga : Hindari Terjadinya Konflik Lahan, Jokowi Bagikan 2.576 Sertifikat Tanah di Bireuen Aceh
Jalan Layang
Antapani di Bandung, Jawa Barat merupakan salah satu pemanfaatkan dari
teknologi mortar busa. Jalan layang ini merupakan pilot project teknologi
Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP) yang baru pertama kali diterapkan di
Indonesia.
Penggunaan
teknologi mortar busa juga dapat menghemat dana hingga 60-70 persen dan dapat
menghemat waktu pengerjaan hingga 50 persen jika dibandingkan dengan konstruksi
konvensional. Selain itu, teknologi ini juga ramah lingkungan karena
menggunakan lebih sedikit material konstruksi terutama bahan alam. (ZH)