PropertiNews.id, Tangerang – Tahun 2018 ini dinilai sebagai fase tren membaiknya bisnis properti di Indonesia. Minat pasar mulai bergairah disusul oleh penjualan unit-unit properti baru dan persaingan antar proyek properti yang makin meningkat. Tingginya permintaan pasar terhadap produk properti yang didukung stabilnya perekonomian membuat Indonesia menjadi incaran para investor properti. Terlebih oleh makin maraknya proyek properti berbasis transit oriented development (TOD).
Pasar milenial adalah pasar potensial yang akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada 2030. Bank-bank pemberi kredit perumahan pun saat ini telah membuka diri agar bisa diakses oleh generasi ini. Selain penghasilan yang tinggi, gaya hidup konsumtif dan serba cepat menjadi beberapa faktor alasannya. Dan para developer juga tidak sulit untuk menyediakan hunian yang pas dengan kebutuhan mereka. Salah satu contohnya bisa dilihat dari menjamurnya apartemen yang dilengkapi dengan fasilitas olahraga dan tempat bersosialisasi yang kekinian. Pebisnis properti yang andal tidak hanya sekedar membangun proyek yang berkualitas, namun juga perlu memiliki strategi pemasaran (marketing) yang tepat dan akurat.
Menurut pengamat properti orientasi pengembang tahun ini mengarah kepada pembangunan produk properti yang bisa dijangkau oleh pasar generasi milenial. Apalagi segmen ini berpotensi untuk terus tumbuh hingga sepuluh tahun mendatang. Dia menambahkan bahwa daya beli kelompok milenial didukung oleh orang tua mereka yang sudah mapan secara ekonomi. Kemampuan mereka sendiri dalam membeli properti hanya berkisar antara Rp 500 juta hingga Rp satu miliar. Namun, jumlah penduduk dari segmentasi ini akan terus bertambah secara signifikan karena adanya bonus demografi sehingga berpengaruh terhadap industri ini.
Baca juga:
NataProperty, Pelopor System Residential yang TerpercayaTingginya permintaan di bidang properti serta stabilnya pertumbuhan ekonomi, membuat Indonesia menjadi incaran para investor properti. Selain itu, pengembangan kawasan berbasis moda transportasi massal juga diperkirakan semakin marak. Sehingga membuat indeks harga properti akan mengalami pertumbuhan pada tahun ini. Sementara indeks suplai properti juga diperkirakan mengalami pertumbuhan pada akhir 2018. Pertumbuhan suplai tersebut itu berasal dari proyek yang dibangun tahun lalu, namun tidak rampung sehingga pada akhirnya bergeser pada tahun ini.
Selain itu, konsumen lebih memilih untuk mencari perumahan tipe klaster, lebih tepatnya di wilayah satelit kota besar dengan akses menuju tol dan sarana transportasi massal. Di sisi lain, seiring tumbuhnya suku bunga untuk KPA (Kredit Pemilikan Apartemen), maka akan terjadi pertumbuhan yang moderat pada hunian jenis apartemen.
Menurut sumber yang terkait mengatakan bahwa kepuasan masyarakat terhadap pertumbuhan sektor properti akan membuat optimisme konsumen dalam membeli rumah masaih tetap tinggi. Sebelumnya, terdapat pergeseran referensi konsumen dalam membeli apartemen mulai akhir 2017. Jumlah konsumen yang melakukan pembayaran tunai bertahap mulai berkurang dan beralih ke KPA. (SU)