PropertiNews.id, Tangerang - Di kuartal II tahun 2016 ini, penjualan properti khususnya permintaan rumah masih didominasi oleh konsumen masyarakat kelas menengah ke bawah. Terlebih adanya Program Sejuta Rumah
(Baca juga: Program Sejuta Rumah Hadapi Banyak ‘Tantangan’) yang mulai dijalankan sejak awal tahun ini menyasar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), sehingga rumah yang diproduksi juga merupakan rumah subsidi.
Rumah subsidi menjadi incaran masyarakat karena harganya yang murah dan sudah layak huni, terlebih adanya sistem pembayaran KPR
(Baca juga: Plus-Minus KPR dalam Penjualan Properti) yang memungkinkan konsumen untuk memiliki rumah dengan cara mencicil.
Permohonan KPR cukup tinggi di kuartal II, terutama KPR Subsidi. Dari 120ribu unit yang berhasil terjual selama kuartal II, konsumen yang menggunakan sistem pembayaran KPR Subsidi mencapai 98%. Maka dari itu BTN optimis target 570ribu unit terjual hingga akhir tahun akan tercapai.
Peningkatan permohonan KPR Subsidi bisa jadi disebabkan oleh kebijakan Bank Indonesia yang ‘melunak’ soal Loan to Value Ratio (LTV) dan Financing to Value Ratio (FTV) KPR untuk rumah tapak (landed house), rumah susun, dan ruko. Akibat kebijakan tersebut, ketentuan DP yang awalnya minimal 20%-30%, saat ini masyarakat sudah dapat memiliki rumah dengan hanya membayar DP sebesar 15%.