PropertiNews.id, Tangerang - Momen lebaran bukan hanya menjadi ajang silaturahmi, namun juga ajang untuk mengajak kerabat ikut serta tinggal bersama dan mengadu nasib di kota. Sayangnya, tidak semua kerabat yang ikut memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk bersaing di kota. Ledakan penduduk akibat arus balik pasca lebaran menjadi fenomena yang sangat ditakuti oleh pemerintah daerah dan banyak diantaranya tidak mengantisipasi.

Lalu apa yang terjadi? Para pendatang yang ingin mengadu nasib di kota tapi tidak memiliki keahlian akan menganggur. Jumlah bangunan liar semakin meningkat, karena mereka tidak mampu membeli rumah dan lebih memilih membangun rumah semi permanen yang jelas dilarang oleh Pemda. Dengan tegas Pemprov DKI Jakarta melarang keras adanya bangunan liar, dan tidak segan untuk mengusir para pendatang.

Tidak hanya Jakarta, daerah-daerah yang dikenal sebagai kawasan industri seperti Tangerang dan Bekasi menjadi incaran para pendatang. Permintaan hunian diprediksi akan meningkat pasca lebaran dan pemerintah wajib menjamin ketersediaan hunian yang layak. Para pendatang yang didominasi kelas menengah ke bawah ini umumnya lebih memilih mengontrak daripada membeli rumah, karena daya beli mereka masih rendah.

Kawasan industri menjadi sasaran empuk para pendatang karena dianggap menyediakan lapangan pekerjaan yang melimpah dan Bekasi menjadi salah satu kota dengan tingkat urbanisasi tertinggi di Indonesia. Upah minimum yang cukup tinggi juga menjadi faktor penarik para pendatang untuk hijrah ke Bekasi.

Pemerintah diharapkan dapat membantu mempermudah masalah perizinan, sehingga para pengembang dapat memproduksi hunian yang murah dan layak bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, sekaligus mengantisipasi meningkatnya jumlah bangunan liar di kawasan-kawasan industri.